BANDUNG — Di tengah riuhnya politik nasional, Partai Gema Bangsa memilih jalan yang berbeda: merawat asa dari akar rumput. Konsolidasi se-Jawa Barat yang digelar pada Senin (14/7) menjadi bukti bahwa partai ini tidak sekadar membangun struktur, tetapi menanam harapan di tanah yang luas dan beragam.
Ketua DPW Gema Bangsa Jawa Barat, Ade Wardhana Adinata, menegaskan bahwa partai politik harus hadir sebagai jembatan antara rakyat dan pemerintah. Bukan sekadar alat kekuasaan, melainkan ruang partisipasi yang nyata.
“Rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi. Tapi sering kali mereka tidak dilibatkan dalam penyusunan kebijakan. Gema Bangsa hadir untuk mengubah itu,” tegas Ade.
Dari Aspirasi Menjadi Arah
Sebagai provinsi dengan populasi terbesar di Indonesia, Jawa Barat menyimpan kompleksitas sosial dan budaya yang tak bisa disederhanakan. Menurut Ade, Gema Bangsa harus mampu merangkul, merasa, dan menjadi wadah penampung asa.
“Seperti kata pepatah: Caina herang, laukna beunang. Hasilnya jelas, caranya bersih. Politik harus transparan dan berasa. Ngabangun nagara lain ukur ku kawasa, tapi kudu ku asa jeung rasa,” ujarnya.
Konsolidasi ini menjadi fondasi untuk memperkuat kaderisasi dan kepengurusan di seluruh wilayah Jawa Barat. Bukan sekadar membangun mesin politik, tetapi membangun rumah yang dicintai rakyatnya.
Desentralisasi Politik, Pemulihan Martabat
Ade menekankan bahwa cita-cita desentralisasi politik bukan hanya soal distribusi kekuasaan, tetapi soal pemulihan martabat rakyat. Di Jawa Barat, Gema Bangsa ingin menjadikan keadilan dan kemajuan ekonomi sebagai tujuan utama perjuangan.
“Kita jadikan Jabar bukan sekadar provinsi juara, tapi rumah yang dicintai seluruh masyarakatnya. Karena dengan rakyat, Gema Bangsa akan menguat,” tutupnya.
Redaksi Partai Gema Bangsa
Merangkul Asa, Menguatkan Rakyat, Membangun Politik yang Berakar