
Jakarta bukan lagi poros tunggal politik Indonesia. Partai Gema Bangsa menegaskan haluan baru: politik daerah harus berdiri di atas kakinya sendiri, bukan sekadar bayangan ibukota.
“Anda bisa lihat sendiri bagaimana selama ini politik kita berjalan. Daerah hanya jadi penonton, sementara semua keputusan ditentukan di Jakarta,” tegas Andika, Sekretaris Wilayah DPW Partai Gema Bangsa Sulawesi Tengah. “Kini saatnya kita balik arah: politik lahir dari bawah, dari rakyat di daerah, bukan lagi dari menara kaca ibu kota.”
Politik Daerah Melawan Sentralisme Jakarta
Selama puluhan tahun, daerah ditempatkan sebagai satelit Jakarta—bergerak hanya jika pusat menghendaki. Model politik ini menciptakan ketimpangan, dominasi elit, dan jarak yang makin lebar antara rakyat dan penguasa.
Partai Gema Bangsa mengusung narasi berbeda: politik daerah adalah sumber energi bangsa. Dengan memperkuat basis lokal, demokrasi tidak lagi dikendalikan oleh oligarki Jakarta, melainkan oleh kedaulatan rakyat di kampung, desa, dan kota-kota kecil.
“Kalau kita terus-menerus menunggu arahan Jakarta, maka daerah akan tetap miskin gagasan. Justru dari Sulawesi, dari Maluku, dari Kalimantan—lahir ide-ide segar untuk bangsa,” lanjut Andika.
Dari Bawah ke Atas: Revolusi Politik Gema Bangsa
Gerakan ini bukan sekadar strategi politik, melainkan revolusi paradigma. Partai Gema Bangsa ingin membalik peta kekuasaan: dari top-down menjadi bottom-up, dari sentralisme menjadi desentralisasi sejati.
Andika menekankan: “Partai ini lahir untuk rakyat daerah, bukan untuk kepentingan elit pusat. Kita ingin membuktikan bahwa politik lokal bisa jadi penentu arah bangsa.”
Saatnya Daerah Menentukan Arah
Artikel ini menegaskan satu hal: daerah bukan lagi satelit Jakarta. Dengan Gema Bangsa, politik Indonesia bergerak ke arah lebih adil, lebih setara, dan lebih berakar pada rakyat.
Politik yang sehat tidak lahir dari ruang rapat di ibu kota, melainkan dari suara rakyat di pelosok nusantara. Dan itulah haluan baru yang sedang dibangun oleh Partai Gema Bangsa.