Lahir dari Rakyat, Untuk Rakyat

Sentralisasi = Otoritarianisme Baru: Saatnya Daerah Menentukan Nasibnya

Etin Rodiana, Sekretaris DPW Gema Bangsa Jawa Barat, tampil sebagai tokoh utama dengan latar biru khas partai. Gambar ini digunakan sebagai cover artikel berjudul "Sentralisasi Politik: Ancaman Nyata bagi Demokrasi Indonesia" di situs resmi Partai Gema Bangsa

Pengantar Redaksi
Sentralisasi adalah wajah baru otoritarianisme. Inilah pesan keras dari Kawan Etin Rodiana yang harus menjadi bahan renungan seluruh kader Gema Bangsa. Redaksi menurunkan tulisan ini bukan sekadar opini, melainkan seruan perlawanan: jangan biarkan pusat terus mendikte, sementara rakyat di daerah hanya jadi penonton. Saatnya kita rebut kembali kedaulatan politik untuk rakyat, dari akar, dari bawah!


Jika pusat terus mengendalikan, rakyat hanya jadi penonton dalam negaranya sendiri. Itulah wajah sentralisasi hari ini: demokrasi hanya berhenti sebagai ritual, sementara keputusan-keputusan penting tetap dikunci oleh segelintir elite.

“Suara rakyat di daerah adalah denyut nadi bangsa,” tegas Etin Rodiana, Sekretaris DPW Gema Bangsa Jawa Barat. Pesan ini bukan sekadar retorika, melainkan peringatan keras: kontrol terpusat sedang menggerogoti jiwa demokrasi.


Demokrasi Bukan Lumbung Suara

Indonesia bangga sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Namun, apa gunanya demokrasi jika rakyat daerah hanya dianggap sebagai angka statistik? Pemilu berlangsung meriah, tapi setelah itu, arah kebijakan tetap diatur dari Jakarta.

Inilah ilusi demokrasi: rakyat sibuk memilih, tapi tak pernah benar-benar menentukan. Pemusatkan kekuasaan telah membuat desa, pasar, dan kampung kehilangan suara aslinya. Demokrasi berubah menjadi kosmetik—indah di permukaan, rapuh di dalam.


Desentralisasi sebagai Revolusi, Bukan Administrasi

Banyak orang keliru memandang desentralisasi sekadar urusan administrasi. Padahal, menurut Etin, desentralisasi politik adalah revolusi. Ia mengembalikan kedaulatan kepada rakyat di daerah, bukan sekadar bagi-bagi kewenangan birokratis.

Lihat saja, bagaimana keputusan soal harga komoditas pertanian atau tata kelola pendidikan selalu diputuskan di pusat. Akibatnya, daerah kaya potensi malah miskin kebijakan. Bukankah lebih adil bila masyarakat setempat yang memahami kondisi lapangan diberi ruang menentukan nasibnya sendiri?

Tentu ada risiko: oligarki lokal bisa lahir. Tetapi apakah itu lebih berbahaya daripada membiarkan hegemoni pusat terus mengekang, tanpa peduli denyut kehidupan di pelosok negeri?


Gema Bangsa: Politik dari Akar, Bukan Menara

Di sinilah Partai Gema Bangsa mengambil posisi. Partai ini menolak politik papan nama yang dikendalikan dari atas. Sebaliknya, Gema Bangsa membangun politik rumah rakyat—politik yang berangkat dari akar, bukan dari menara kekuasaan.

Sentralisasi yang memaksa rakyat tunduk hanya melahirkan kekecewaan. Sebaliknya, politik dari bawah menghidupkan kembali harapan. Bukan sekadar jargon, melainkan kerja nyata: membangun partai bersama rakyat, sekecil apa pun suara itu.


Bangun Demokrasi dari Bawah

Sentralisasi adalah bentuk otoritarianisme baru. Demokrasi hanya akan bermakna jika daerah diberi ruang menentukan arah masa depannya. Itulah pesan Etin Rodiana—pesan yang kini menjadi semangat Gema Bangsa.

Kepada seluruh kader, baik di dalam maupun luar negeri: jangan biarkan rakyat hanya jadi penonton. Bangunlah politik dari bawah, rebut kembali kedaulatan, dan buktikan bahwa demokrasi sejati bukan milik pusat, melainkan milik rakyat di setiap sudut negeri.

etin sepakat

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
Lahir dari Rakyat, Untuk Rakyat
0

Subtotal