
Di tengah riuh rendah panggung politik nasional yang sering kali dipenuhi drama, suara yang tenang dan berbobot justru terasa langka. Namun, dari kanal YouTube Gema TV, sebuah suara yang berbeda muncul melalui obrolan bertajuk Obrolan Gema Kebangsaan. Sosoknya adalah Muhammad Sopiyan, Sekretaris Jenderal Partai Gema Bangsa, yang dengan gaya bicaranya yang kalem namun penuh makna, menawarkan visi politik yang berbeda.
Dipandu oleh Joko Kanigoro, obrolan ini lebih dari sekadar perbincangan politik biasa. Ini adalah jendela untuk memahami bagaimana sebuah partai baru—yang tidak lahir dari elite kekuasaan—berupaya mengubah wajah politik Indonesia. Mereka memilih untuk memulai dari pinggiran, bukan dari pusat, dan berakar pada kehidupan rakyat, bukan sekadar janji kosong.
Politik Berakar, Bukan Sekadar Ramai
Sopiyan menegaskan satu prinsip fundamental: politik sejati bukanlah tentang siapa yang paling bising, melainkan siapa yang paling mengakar. Partai Gema Bangsa, sebagai pendatang baru, memilih untuk tidak terjebak dalam gemerlap panggung yang minim gagasan. Sebaliknya, mereka hadir untuk menjadi corong bagi suara-suara yang selama ini terpinggirkan.
“Politik yang baik itu dimulai dari mendengar,” ucap Sopiyan, sebuah kalimat sederhana yang menusuk realitas politik kita yang seringkali lebih sibuk berbicara daripada menyimak. Ini adalah pengingat bahwa kekuatan sejati dalam politik bukan terletak pada popularitas, melainkan pada kemampuan untuk memahami dan mewakili aspirasi rakyat.
Tumbuh dari Komunitas, Menuju Gerakan
Gema Bangsa tidak lahir dari ruang hampa. Sopiyan menjelaskan bahwa partai ini tumbuh dari komunitas, dari kerja-kerja sosial, dan dari keresahan masyarakat yang tidak lagi bisa dibungkam. Prosesnya panjang: dimulai dari mendampingi masyarakat, membangun ruang pendidikan alternatif, hingga akhirnya menyusun platform politik yang benar-benar mewakili rakyat.
Inilah yang membedakan Gema Bangsa. Mereka tidak sekadar ingin mendapatkan kursi kekuasaan, melainkan ingin mengubah cara kursi itu digunakan—menjadikannya alat perjuangan, bukan hanya alat politik.
Menjadi Penjaga Nyala Partai di Jalan Sunyi
Sebagai Sekretaris Jenderal partai baru, Sopiyan memilih jalan sunyi. Ia tidak mengejar sorotan panggung, melainkan fokus membangun fondasi yang kuat. Popularitas bukanlah tujuannya, melainkan memperkuat arah dan ideologi partai.
Melalui kanal digital dan jaringan komunitas, Sopiyan membangun ruang partisipasi yang luas. Baginya, politik tidak terbatas pada baliho dan spanduk, tetapi hidup dalam dialog, keterlibatan, dan kerja harian yang mungkin tak terlihat kamera.
Meruntuhkan Tembok Pemisah Partai dan Rakyat
Dalam obrolan tersebut, Sopiyan juga menekankan pentingnya meruntuhkan sekat antara partai dan rakyat. Selama ini, partai politik seringkali hanya hadir saat pemilu, lalu menghilang. Gema Bangsa ingin membalik pola ini. Bagi mereka, partai bukanlah sekadar alat pemilu, melainkan alat perjuangan yang hidup setiap saat, yang hadir di tengah masyarakat, dan menjadi bagian dari denyut nadi kehidupan mereka sehari-hari.
Hari ini, Gema Bangsa mungkin masih berada di pinggir. Namun, dari pinggir itulah perubahan besar seringkali dimulai. Seperti aliran air yang bermula dari mata air kecil, gerakan yang berakar kuat ini berpotensi menjadi arus besar—dengan satu syarat: tetap setia pada idealisme asalnya dan tidak tergoda untuk menjadi seperti partai-partai lama yang ingin mereka ubah.
Muhammad Sopiyan, melalui peranannya, menjadi penjaga nyala ruh partai ini. Ia membawa harapan bahwa politik Indonesia bisa lebih membumi, lebih masuk akal, dan lebih dekat dengan rakyatnya. Obrolan Gema Kebangsaan bukan hanya sekadar siaran, melainkan ajakan untuk mendengar ulang apa yang selama ini luput dari perhatian kita.