
Di tengah riuhnya dinamika politik nasional, di mana kekuasaan makin terpusat dan suara rakyat makin sayup terdengar, hadir satu suara yang berbeda. Suara itu datang dari dr. Yandra Doni, Ketua Bidang Politik dan Kebijakan Publik Partai Gema Bangsa. Sosok yang lebih akrab disapa Babeh ini tampil membawa semangat yang jarang terdengar dari para politisi hari ini: semangat untuk mengembalikan ruh demokrasi ke tangan rakyat.
Sebagai seorang dokter, Babeh terbiasa mendengar keluhan pasien dengan penuh empati. Dan ketika ia masuk ke dunia politik, naluri itu tetap melekat. Ia tak datang membawa ambisi kekuasaan, tapi membawa keresahan: bahwa politik hari ini terlalu jauh dari rakyat. Bahwa segala sesuatu ditentukan dari atas, oleh elite, tanpa cukup ruang dialog dengan masyarakat di bawah.
“Kalau semua diputuskan dari atas, kapan rakyat bisa bicara?” ucapnya tenang dalam wawancara bersama Gema TV. Kalimat sederhana itu menjadi jantung dari gagasannya.
Bagi Babeh, pola kekuasaan yang top-down dan sentralistik adalah salah satu bentuk pengkhianatan terhadap cita-cita demokrasi. Demokrasi seharusnya memberi ruang bagi siapa saja untuk terlibat. Tapi kenyataannya, partisipasi rakyat makin semu. Banyak kebijakan dibuat tanpa benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat. Yang terdengar hanya suara elite. Yang dipertimbangkan hanya kepentingan kuasa.
Gema Bangsa lahir dari kegelisahan yang sama. Partai ini tak dibangun di ruang-ruang istana, tapi tumbuh dari lorong-lorong gerakan sosial, dari komunitas, dari anak-anak muda, dari ibu-ibu penggerak ekonomi lokal, dari mereka yang selama ini hanya jadi objek dalam proses politik.
Babeh percaya, politik yang sehat harus dibangun dari bawah. Bukan sekadar mendengar, tapi melibatkan. Bukan sekadar berbicara, tapi berjalan bersama. Karena hanya dengan itulah, rakyat akan merasa menjadi bagian dari negeri ini—bukan hanya penonton.
Yang menarik, Babeh tak sekadar mengkritik. Ia membawa tawaran. Gagasannya tentang desentralisasi partisipatif, ruang musyawarah komunitas, dan kebijakan yang lahir dari data sekaligus pengalaman sosial, menunjukkan bahwa ia datang bukan hanya dengan semangat, tapi juga substansi.
Melawan sentralisme bukan berarti menolak negara, tapi justru ingin menjaganya tetap waras.
Merawat demokrasi bukan hanya soal prosedur, tapi tentang memastikan rakyat benar-benar punya suara.
Dan kami di Gema Bangsa, bersama Babeh, percaya bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Dari keberanian untuk berbeda. Dari kesediaan untuk mendengar. Dari keyakinan bahwa masa depan bangsa ini tidak ditentukan oleh elite semata, tapi oleh rakyat yang terus berharap dan bergerak.
Pingback: bangkitkan semangat marwah bangsa dan kemandirian dari bawah.