
Politik kita sedang sekarat. Bukan karena ideologi, melainkan karena politik transaksional yang sudah mendarah daging. Ini adalah penyakit menahun yang merusak demokrasi dari dalam: kursi kekuasaan diperjualbelikan, keputusan partai dibarter, dan perjuangan kader daerah sering kali dikhianati demi kepentingan segelintir elit di pusat.
Rakyat muak. Apatisme tumbuh subur. Di tengah kegelapan itu, sebuah percakapan di kanal Gema TV antara Joko Kanigoro dan Ketua Umum Partai Gema Bangsa, Ahmad Rofiq, menyalakan harapan. Mereka tidak sekadar berteori, tapi menyajikan sebuah peta jalan untuk menyelamatkan demokrasi.
Mengapa Perjuangan Selalu Dikhianati?
Ahmad Rofiq tahu betul betapa perihnya berpolitik dari bawah. Ia mengerti mengapa banyak kader merasa lelah: mereka diminta berkorban waktu, tenaga, dan uang untuk partai, tapi pada akhirnya hak mereka menentukan pemimpin justru direbut oleh keputusan sepihak dari pusat. Di politik seperti ini, prestasi tak lagi dihargai. Yang penting hanyalah kedekatan dengan lingkaran kekuasaan.
“Politik seperti itu menyakitkan,” katanya.
Ini adalah kenyataan pahit yang membuat demokrasi kita kehilangan martabatnya.
Gema Bangsa: Lahir dari Rakyat, Milik Bersama
Gema Bangsa hadir sebagai perlawanan. Partai ini tidak didirikan untuk menjadi milik satu orang, melainkan milik semua orang yang berjuang. Tidak ada “raja” tunggal yang bisa seenaknya mengobral jabatan. Senjata utama mereka? Desentralisasi politik.
Ini bukan sekadar slogan, ini janji. Keputusan strategis, termasuk penentuan calon pemimpin daerah, sepenuhnya diserahkan kepada kader yang memang sudah bekerja di lapangan. Gema Bangsa memberi mereka kendali penuh dan kepastian. Bahkan, kepengurusan di daerah berlaku hingga 10 tahun, memberi waktu bagi mereka untuk menuntaskan visi tanpa takut diganti di tengah jalan.
Modal Bukan Uang, tapi Komitmen
Berapa modal untuk mendirikan partai? Ratusan miliar? Ahmad Rofiq membantah tegas. “Modal terbesar kami bukanlah uang, melainkan jaringan, komitmen, dan gotong royong,” ujarnya. Gema Bangsa membuktikan bahwa partai bisa tumbuh kuat dari inisiatif lokal, dari patungan para kader, bukan dari kantong-kantong tebal elit.
Ini adalah bukti nyata bahwa politik bermartabat bisa dibangun tanpa bergantung pada lobi-lobi uang.
Kepastian yang Mengakhiri Pengkhianatan
Gema Bangsa menawarkan kepastian politik, bukan janji manis di panggung. Aturan mainnya jelas dan tertulis. Setiap kader yang berjuang punya hak penuh untuk maju, tanpa perlu khawatir dicoret atau digantikan “titipan orang dalam”.
Ini adalah perlawanan yang dimulai dari bawah, dari daerah, oleh orang-orang yang sudah muak melihat demokrasi kita dipermainkan. Ini adalah langkah berani untuk mengembalikan politik sebagai alat perjuangan, bukan alat transaksi.
Apakah ini akan berhasil? Pertanyaannya bukan “apakah”, tapi “kapan”. Dan perlawanan itu sudah dimulai.