H. Mara Jaksa Harahap, M.A., Wakil Ketua Bidang Kader dan Pengembangan Kepemimpinan Partai Gema Bangsa Sumatera Utara, melontarkan kritik tajam terhadap model sentralisasi kekuasaan yang selama ini mencengkeram partai-partai politik di Indonesia.
Dalam Gema Podcast Episode 10 yang dipandu oleh M. Riski Ramon, Mara Jaksa tampil lugas dan apa adanya. Ia menilai bahwa realitas politik nasional kini didominasi oleh kekuatan terpusat, sementara Gema Bangsa justru hadir sebagai pelopor yang berani melawan arus melalui gagasan Desentralisasi Total dan semangat Indonesia Reborn.
Filosofi Politik yang Menggugat Realitas Kekuasaan
Sebagai mantan anggota legislatif di Deli Serdang dan DPRD Sumatera Utara, serta seorang mubaligh, Mara Jaksa menegaskan bahwa kekuasaan bukan sesuatu yang tabu, melainkan instrumen penting untuk perubahan sosial.
“Politik itu hampir tidak ada benar salah, yang ada kan kuat melemah,” ujarnya, menyoroti kerasnya dinamika kekuasaan di Indonesia.
Namun, ia mengingatkan bahwa kekuatan politik harus diimbangi dengan etika dan moralitas, agar tidak menjelma menjadi kekuasaan yang “barbar”.
Kritik terhadap Sentralisasi: Pengalaman Pahit dari Partai Lama
Mara Jaksa mengungkapkan, sikap tegas Gema Bangsa mengusung desentralisasi total lahir dari pengalaman pahit di partai lamanya.
“Kadang-kadang berbulan-bulan kita menggodok calon kepala daerah di daerah, tapi begitu sampai ke pusat, 180 derajat berubah,” katanya. “Barang tidak dibutuhkan daerah, tapi itu yang hadir.”
Menurutnya, pola seperti itu mencerminkan betapa partai-partai warisan lama gagal membaca kebutuhan lokal dan justru memperkuat politik Jakarta-sentris yang mengebiri kedaulatan daerah.
Gema Bangsa: Desentralisasi Total dan Kemandirian Daerah
Bagi Gema Bangsa, desentralisasi bukan sekadar jargon, melainkan komitmen ideologis yang tertuang dalam AD/ART partai.
“Sumatera Utara menentukan Sumatera Utara, tidak ada intervensi,” tegasnya.
Inilah bentuk kemandirian politik yang diusung Gema Bangsa: membangun kekuatan daerah untuk melahirkan tokoh-tokoh nasional dari akar lokal, bukan dari restu pusat.
Lebih jauh, melalui tagline “Indonesia Reborn”, Gema Bangsa ingin mengembalikan nilai-nilai luhur keindonesiaan—seperti gotong royong, kemandirian, dan keberanian berpikir bebas dari intervensi kekuatan global.
Menolak Apatisme, Membangun Harapan
Di akhir perbincangan, Mara Jaksa menyerukan agar masyarakat tidak larut dalam keputusasaan politik.
“Tugas kita sekarang adalah memperkecil persentase orang yang putus asa,” ujarnya. “Perjuangan ini harus dinikmati, meski hasilnya mungkin baru dinikmati generasi berikutnya.”


