Lahir dari Rakyat, Untuk Rakyat

Sulteng Menyala: Politik Akar Rumput dan Kebangkitan Gema dari Timur

Membangun partai dari pinggiran, bukan dari menara kekuasaan.


Dari Administrasi ke Gerakan

Ada sesuatu yang istimewa sedang tumbuh di Sulawesi Tengah. Bukan sekadar struktur partai yang rampung di atas kertas, tetapi sebuah kesadaran politik baru yang sedang bersemi di akar rumput.

DPW Partai Gema Bangsa (Gerakan Mandiri Bangsa) Sulawesi Tengah baru saja menuntaskan pembentukan kepengurusan di 13 kabupaten/kota—mencakup 12 kabupaten dan 1 kota.

Bagi sebagian orang, ini mungkin hanya urusan administratif. Tapi bagi mereka yang memahami arah zaman, capaian ini adalah tanda perubahan besar: politik sedang berpindah dari pusat ke daerah, dari elite ke rakyat. Dan dari sinilah, Gerakan Mandiri menemukan wujud konkretnya.


Menanam Akar, Bukan Mengejar Panggung

Ketua DPW Partai Gema Bangsa Sulteng, Kawan Atha Mahmud, menyebut capaian 100 persen ini sebagai hasil dari kerja cepat dan soliditas kader di seluruh wilayah.

Namun lebih dari sekadar kerja teknis, ini adalah bentuk kepercayaan politik—bahwa Gema Bangsa benar-benar hadir dan diterima oleh masyarakat.

“Alhamdulillah, struktur di tingkat Kabupaten dan Kota Gema Bangsa sudah terbentuk 100 persen. Artinya, di 12 Kabupaten dan 1 Kota kita sudah memiliki struktur DPD,” ujar Atha Mahmud.

Yang menarik, struktur yang dibangun tidak berhenti pada level Ketua, Sekretaris, dan Bendahara (KSB), tetapi mencakup bidang-bidang penting yang membuat organisasi hidup di lapangan. Inilah cara Gema Bangsa menanam akar politik—bukan lewat baliho besar, melainkan lewat jejaring kepercayaan dan kerja nyata kader.


Dari Kecamatan ke Desa: Gelombang Kedua Konsolidasi

Setelah tuntas di tingkat kabupaten/kota, DPW Sulteng kini menatap ke bawah. Proses pembentukan struktur di tingkat kecamatan dan desa/kelurahan tengah berlangsung dengan progres yang menggembirakan.

“Sekarang kita sedang membangun kepengurusan di tingkat Kecamatan, dan perkembangannya semakin positif. Di beberapa Kabupaten bahkan sudah hampir rampung 100 persen,” ungkap Atha.

Fakta bahwa banyak daerah bergerak dengan inisiatif sendiri memperlihatkan energi gerakan yang sudah otonom. Politik tidak lagi menunggu komando; ia tumbuh karena keyakinan bersama dan rasa memiliki. Inilah wajah partai yang berakar—organik, partisipatif, dan membumi.


Politik yang Tumbuh dari Kesadaran Lokal

Di tengah politik nasional yang sering disesaki pragmatisme, Gema Bangsa (Gerakan Mandiri Bangsa) tampil sebagai anomali positif. Ia tidak datang dengan kemewahan simbolik, melainkan dengan kesadaran bahwa politik sejati dimulai dari yang paling dekat: manusia dan komunitasnya.

Capaian 100 persen ini bukanlah akhir, melainkan pintu masuk menuju pembaruan politik rakyat. Politik yang tidak dibangun dari instruksi, tapi dari partisipasi. Politik yang tak bergantung pada figur besar, tapi pada jaringan kecil yang konsisten bekerja.Itulah inti dari Gerakan Mandiri—partai yang menumbuhkan daya rakyat, bukan sekadar meminjam suaranya.


Menuju 2029: Saat Akar Menjadi Kekuatan

Kini arah perjuangan mulai jelas: menyongsong Pemilu 2029 dengan pondasi yang kokoh di akar rumput. DPW Gema Bangsa Sulteng tidak hanya menyiapkan mesin partai, tetapi membangun ekosistem politik yang cerdas, beradab, dan membebaskan.

Dari tanah Sulawesi Tengah, suara itu kini menggema ke seluruh Nusantara:politik bisa dijalankan dengan cara yang manusiawi, mandiri, dan bermartabat.Dan di situlah, Gema Bangsa meneguhkan jati dirinya — Gerakan Mandiri yang lahir dari rakyat, tumbuh bersama rakyat, dan berjuang untuk rakyat.

sulteng

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
Lahir dari Rakyat, Untuk Rakyat
0

Subtotal