Ada energi baru yang terasa ketika Presiden Prabowo Subianto berpidato dalam Rapat Kabinet di Istana Negara. Dengan semangat yang menyala-nyala, beliau tidak hanya memaparkan capaian kerja pemerintah, tetapi juga menghidupkan kembali keyakinan bahwa Indonesia bisa berdiri tegak di atas kekuatan sendiri.
Salah satu bagian paling menarik dari pidato itu adalah tekad Presiden untuk membangun industri otomotif nasional — menciptakan mobil SUV (“Jeep”) buatan anak bangsa.
Sekilas terdengar sederhana, namun gagasan itu sesungguhnya membangkitkan api nasionalisme dan semangat kemandirian ekonomi yang lama redup. Indonesia memiliki hampir separuh sumber daya dan komponen yang dibutuhkan; yang tersisa hanyalah kejujuran, disiplin, dan keberanian bekerja dengan integritas, bukan dengan mentalitas “abdi durjana”.
Melalui langkah konkret ini, Presiden Prabowo memberi nyawa baru pada gagasan industrialisasi dan hilirisasi yang selama ini hanya menjadi jargon. Kini, peta jalan menuju kemandirian bangsa mulai terbentang nyata. Dorongan memperkuat sektor industri menjadi pilihan strategis dan mendesak untuk memastikan kedaulatan ekonomi nasional.
Meneguhkan Kembali Spirit Industrialisasi
Industrialisasi bukan semata membangun pabrik di berbagai daerah, melainkan membangun struktur ekonomi baru yang produktif, tangguh, dan berkeadilan.
Bung Hatta pernah menulis:
“Pun tanah Jawa yang banyak pabriknya belum boleh disebut negeri industri, sebab penghidupan rakyatnya masih bergantung pada pertanian.”
Pesan ini relevan hingga kini: industrialisasi sejati hanya bermakna bila rakyat ikut merasakan manfaatnya. Karena itu, Indonesia tak boleh meninggalkan dua pilar ekonomi utamanya — agraria dan kemaritiman.
Kebangkitan bangsa harus dimulai dari industrialisasi pertanian dan kemaritiman, dua sektor yang menjadi urat nadi kesejahteraan rakyat dan kedaulatan pangan-maritim kita.
Industrialisasi yang berkeadilan bukan hanya memperkuat korporasi besar, tetapi memberdayakan keluarga, komunitas, dan pelaku ekonomi lokal. Di situlah keadilan ekonomi menemukan bentuknya.
Industrialisasi yang Berjiwa Kemandirian
Kemandirian adalah ruh industrialisasi. Tanpanya, industrialisasi hanya melahirkan ketergantungan baru terhadap modal dan teknologi asing. Karena itu, kita harus memperkuat konsolidasi modal nasional — gotong royong kapital bangsa — sebagaimana mulai diwujudkan melalui inisiatif Danantara.
Inilah wujud ekonomi gotong royong yang diimpikan para pendiri bangsa: Negara Kesejahteraan (Welfare State) berjiwa Pancasila, berkeadilan sosial, dan berpihak pada rakyat banyak.
Kemandirian bukan semata tentang ekonomi; ia juga tentang harga diri dan kehormatan bangsa. Ia tumbuh dari kerja keras, disiplin, dan solidaritas sosial untuk berdiri tegak di atas kaki sendiri — sebagaimana roh perjuangan Gerakan Mandiri Bangsa yang menolak ketergantungan dan memuliakan kedaulatan rakyat.
Jalan Kemandirian Menuju Indonesia Berdaulat
Industrialisasi dan kemandirian saling menuntun satu sama lain. Industrialisasi tanpa kemandirian akan kehilangan jiwa, dan kemandirian tanpa industrialisasi akan kehilangan arah. Inilah panggilan sejarah kita hari ini: bangsa yang besar harus menguasai alat produksinya sendiri.
Partai Gema Bangsa mengajak seluruh elemen rakyat untuk berpikir, bekerja, dan berjuang membangun ekonomi nasional yang kuat, mandiri, dan menyejahterakan.
Dengan semangat Gerakan Mandiri Bangsa, kita menapaki jalan panjang menuju Indonesia yang berdaulat, berkeadilan, dan bermartabat — sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan cita-cita kemerdekaan sejati.
Penulis adalah Sekretaris DPW Partai Gema Bangsa Sulawesi Tengah


