Konsolidasi Nasional Gerakan Mandiri Bangsa Menegaskan Arah Baru: Politik Bottom-Up sebagai Jantung Reformasi. Ketua Umum Kawan Ahmad Rofiq: “Desentralisasi Politik adalah Keharusan.”
Di tengah kultur politik nasional yang seringkali masih tersentral di Ibu Kota, Gerakan Mandiri (GeMa) Bangsa mengambil jalur radikal yang berbeda: menyalakan api perubahan dari pinggiran, bukan dari puncak. Inilah wajah politik yang berani kembali ke akar rumput, berangkat dari kabupaten, kota, dan provinsi; meninggalkan gedung-gedung tinggi yang jauh dari denyut nadi rakyat.
Langkah strategis ini ditandai dengan Konsolidasi Nasional Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) se-Indonesia, yang sukses mempertemukan 38 pengurus provinsi bersama jajaran pusat. Di forum krusial ini, Ketua Umum Gema Bangsa, Kawan Ahmad Rofiq, menegaskan arah perjuangan partainya yang menabrak kebiasaan politik lama.
“Desentralisasi politik adalah keharusan. Kita bangun bangsa ini bersama, dari bawah. Bukan sekadar wacana, ini adalah mekanisme pembebasan,” tegas Kawan Rofiq.
Meneguhkan Kemandirian, Menggeser Aktor dari Pusat ke Daerah
Gema Bangsa memproklamirkan diri tak ingin menjadi partai yang ‘hidup di pusat, tetapi mati di daerah’. Kawan Rofiq menggarisbawahi, desentralisasi bukan hanya transfer kekuasaan, melainkan redistribusi kepercayaan—agar daerah memiliki otoritas penuh untuk membangun, berinovasi, dan menentukan arah geraknya sendiri. Prinsip ini adalah perwujudan sejati dari Gerakan Mandiri Bangsa.
“Silakan pengurus provinsi menentukan kepengurusan kabupaten atau kota. Itu wujud kepercayaan tertinggi. Tapi ketika hak dan otonomi diberikan, kewajiban juga harus dijalankan secara profesional,” tandasnya.
Gagasan ini terasa sangat segar di tengah oligarki partai lama yang didominasi mekanisme serba top-down dan otoriter. Di Gema Bangsa, pusat bukan lagi pengendali yang menggariskan komando kaku, melainkan penyemangat dan fasilitator. Daerah bukan bawahan yang patuh, melainkan rekan juang yang setara dan mandiri.
Partai sebagai Gerakan Gagasan, Bukan Sekadar Struktur Kepentingan
Kini, Gema Bangsa kian menjadi magnet baru bagi banyak politisi dari beragam latar belakang. Mereka datang bukan sekadar mencari tempat, tapi menemukan ruang gagasan yang hidup dan progresif.
Bagi Kawan Rofiq, yang memiliki pengalaman matang sebagai mantan Sekjen Partai Perindo, desentralisasi politik adalah jantung reformasi yang sesungguhnya. Ini adalah gagasan otentik yang dulu diperjuangkan para founding fathers, namun sering kabur di tengah hiruk-pikuk pragmatisme politik modern.
“Kami mendukung semangat founding fathers, spirit reformasi, dan otonomisasi yang kini menjadi keharusan politik masa kini,” ujarnya.
Di bawah payung Gerakan Mandiri Bangsa, desentralisasi dimaknai sebagai upaya menghidupkan kembali semangat gotong royong, kemandirian, dan solidaritas daerah dalam membangun fondasi Indonesia. Ini adalah politik yang pulih dari penyakit sentralisme.
Analisis Redaksi: Politik yang Pulih menuju Kemandirian
Langkah Partai Gema Bangsa mengusung desentralisasi politik bukan hanya manuver elektoral, tapi sebuah pernyataan sikap fundamental—bahwa politik harus kembali manusiawi dan merangkul keragaman otentik Indonesia.
Desentralisasi yang sejati, sesuai filosofi Gerakan Mandiri Bangsa, adalah tentang mempercayai rakyat di daerah untuk menata masa depannya sendiri. Tentang memberi ruang bagi inisiatif lokal untuk menentukan arah, tanpa kehilangan kompas kebangsaan.
Jika semangat konsisten ini dijaga, Gema Bangsa berpotensi besar menjadi model baru partai masa depan—partai yang tumbuh bukan dari pusat kekuasaan dan lobi-lobi Jakarta, tetapi dari denyut kehidupan rakyat dan kemandirian daerah itu sendiri.


